Potensi Wisata Budaya di Kota Gelamai

Peta Payakumbuh
Peta Payakumbuh
 Obyek Wisata yang ada di kabupaten Lima Puluh Kota adalah :
1. BAJU KURUANG BASIBA,
Baju Kurung, yaitu baju longgar, dalam (sampai ke lutut), basiba, pakai kikiek di katiak, lengan panjang dan dalam (sampai kepergelangan ), basalendang (memakai selendang) penutup kepala dan pakai kain sarung (sarung Jawa/Jao) menutupi kaki sampa ke mata kaki.

2. BASIJOBANG,
Berdendang basijobang sejenis dendang yang diiringi musik yang bersumber dari hentakan kotak korek api yang berkisah tentang Anggun Nan Tongga dan Putri Gondoriah. Sebutan Basijobang berasal dari gelar Anggun Nan Tungga yaitu Magek Jabang (jadilah Basijobang).

3. Batu Nan Limo ,
Batu Nan Limo adalah nama sebuah jorong dalam wilayah kecamatan Payakumbuh terletak antara Simalanggang dan Lubuak Batingkok, daerah ini dinamakan Batu Nan Limo karena di daerah ada lima buah batu tegak.

4. Benteng Tuanku Nan Garang
Kawasan Benteng Tuanku Nan Garang berada di kaki Bukit Bungsu yang agak terpisah dari pemukiman penduduk. Kawasan ini merupakan daerah batas antara Nagari Lubuak Batingkok dan Nagari Taeh Bukik yang ditandai dengan batang aur yang ditanam disepanjang perbatasan tersebut. Kawasan Wisata Benteng Tuanku Nan Garang mempunyai pemandangan alam sekitar yang masih alami, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Namun areal objek belum terbina dengan baik, dimana areal objek belum punya pagar, masih dikelilingi rumput. Didalamnya masih ada peninggalan batu-batu benteng.

5. Bukik Posuak ,
Bukik Posuak terletak di Nagari Mahek, suatu nagari yang dijuluki nagari seribu menhir. Bukik Posuak (bukit tembus) mempunyai cerita legenda.Tersebutlah seorang sakti bernama Baginda Ali. Tubuhnya besar, makannya banyak dan sifatnya pemurah. Dia digambarkan sebagai seorang raksasa yang menguasai nagari Mahat sampai ke Gunung Malintang (Kecamatan Pangkalan). Segala perbuatan anak nagari harus terlebih dahulu mendapat izin dari Baginda Ali ini.

6. DABUIH,
Dabuih (debus) dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain. Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak terluka. Mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca, membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang mereka lakukan.

7. Kuburan Keramat dan Surau Tuo Taram ,
Makam keramat ini terletak di Kenagarian Taram, Kecamatan Harau 5 km dari kota Payakumbuh. Objek wisata budaya ini dapat dicapai dengan mudah menggunakan angkutan pedesaan maupun kendaraan pribadi. Makam Keramat Taram ini adalah makam Syech Ibrahim Mufti yang merupakan salah satu penyebar agama Islam di daerah ini. Beliau bukanlah penduduk asli, melainkan seorang pendatang yang berasal dari negeri Irak di Timur Tengah dan merupakan murid dari Syech Abdul Rauf dari Aceh, semasa Kerajaan Samudera Pasai.

8. Makam Pahlawan Situjuah Batua,
Peristiwa Situjuah Batua terjadi, ketika Belanda ingin menangkap para pejuang dan memusnahkan pemancar radio yang ada di Koto Tinggi, tempat PDRI bermarkas. Mengetahui rencana Belanda itu, para pejuang menyingkir ke Situjuah Batua. Dipimpin Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah, Khatib Sulaiman, dengan niat membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan, Sabtu tengah malam, 14 Januari 1949 mereka berapat hingga larut malam.

9. Makam Syeikh Abdurrahman,
Syeikh Abdurrahma dilahirkan pada tahun 1777 M di Batu Hampar, pada tahun 1840 dalam usia 63 tahun beliau pulang dari mekah dan mengembangkan agama islam di kampung halamnya, dengan mula-mula membangun sebuah surau suluk dan dikenal dengan perkampungan dagang yang akhirnya berkembang menjadi sebuah pesantren Al-Manar.

10. MAKAM SYEKH PIOBANG,
Makam H. Abdul Rahman yang dikenal dengan Syekh Piobang ini terletak di Jorong Gando Nagari Piobang kecamatan Payakumbuh. Untuk menuju ke lokasi tersebut bisa di tempuh oleh kendaraan roda dua dan roda empat.

11. Medan Nan Bapaneh Katian Putuih ,
Medan Nan Bapaneh pada zaman dahulunya merupakan arena tempat hiburan rakyat dan gelanggang adu ketangkasan. Dan pada rencana pembangunan Lima puluh kota Medan Nan Bapaneh ini akan dijadikan sebagai Taman Budaya dan puasat Seni dan Budaya Luak Limo Puluah Koto pada saat ini Pemda telah membangun sarana penginapan (mess) dan Medan nan Bapaneh ini akan menjadi Jendela Pusat Seni, Budaya dan kerajinan Rakyat. Dan pada tempat ini juga tiap tahun dipusatkan pelasanaan Pekan Budaya Kabupaten Lima Puluh Kota .

12. Museum Arkeologi Belubus ,
Museum Arkeologi Belubus ini sudah di pelihara dengan baik oleh Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Sumatera Barat dan Riau di Batusangkar dan telah mempunyai seorang juru pelihara. Komplek yang di pagari kawat berduri, didalamnya di bangun sebuah rumah adat bertingkat dua terbuat dari kayu. Rumah tersebut dimaksudkan sebagai museum kepurbakalaan di Kabupaten Lima Puluh Kota .

13. Perkampungan Tradisional Balubus
Perkampungan ini masih terasa kuat tradisinya dimana masih banyak kita temukan rumah gadang dengan gonjongnya lima buah ( Rajo babandiang ) dan pada lokasi ini juga dilakukan pengambilan gambar Logo RCTI. Pada lokasi ini bisa dikembang dimana masyarakat dibantu untuk merevitalisasi perkampungan ini kemudian para wisatawan disuguhkan kehidupan tradisi dengan menginap pada perumahan tradisional ini.

14. Pusako Rumah Gadang Sungai Beringin
Rumah Gadang Sungai Beringin yang terletak di Nagari Sungai Beringin Kecamatan Payakumbuh. Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Bangunan ini diresmikan pada tanggal 9 Januari 1994 oleh Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Bapak Joop Ave yang dipersembahkan kepada Bundo Kanduang dan Anak Cucu demi kelansungan adat Minang Kabau .

15. Rumah Gadang Ukiran Cino
Rumah Gadang ini dibangun 100 tahun yang lalu oleh seorang arsitektur Cina, pemilik rumah gadang ini bernama Dt. Leman, penjelasan ini diperkuat oleh kuburan yang berada di belakang rumah bertuliskan Dt. Bandaro Leman yang meninggal 13 Maret 1939. Lokasi ini dapat diternpuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

16. Rumah Tua Tan Malaka
Rumah Tua Tan Malaka merupakan bangunan Rumah Gadang dengan atap seng dan dinding kayu. Dibangun pada tahun 1936 dengan ukuran panjang 18 m dan lebar 11 m dengan atap bergonjong lima. Rumah tua ini merupakan rumah kelahiran tokoh sejarah, pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan Indonesia yaitu Tan Malaka. Jauh sebelum kemerdekaan RI diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945, Tan Malaka telah menggagas dan penganjur kemerdekaan Indonesia dalam bentuk Republik sesuai dengan tulisannya "Naar De Republik Indonesia" di tahun 1925.



@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Potensi Wisata Budaya di Kota Gelamai